PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN EMOSI : MENGAPA PERASAAN MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR?
![]() |
PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN EMOSI: MENGAPA PERASAAN MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR?
Oleh Kelompok 32:
Deva Setyowati (2307010017)
Adinda Fitri Anisa (2307010035)
Ari Nur Alfiah (2307010036)
Syifa Bunga Cahyaningtias (2307010038)
Cintami Novianingrum (2307010042)
Pendidikan Ekonomi Akuntansi A, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
ABSTRAK
Artikel ini membahas hubungan erat antara pembelajaran kognitif dan emosi, menekankan pentingnya peran emosi dalam proses belajar. Meskipun pembelajaran kognitif seringkali berfokus pada aspek intelektual, emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi, keterlibatan, dan hasil belajar siswa. Artikel ini akan membahas bagaimana emosi dapat memengaruhi proses belajar kognitif, menawarkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan emosi positif dan motivasi belajar, serta membahas tantangan dan solusi dalam mengelola emosi negatif dalam proses belajar. Dengan memahami interaksi antara kognitif dan emosi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih optimal dan mendukung perkembangan potensi setiap siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran Kognitif, Emosi, Motivasi, Keterlibatan, Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran, Manajemen Emosi.
ABSTRACT
This article discusses the close relationship between cognitive learning and emotions, emphasizing the importance of the role of emotions in the learning process. Although cognitive learning often focuses on the intellectual aspect, emotions have a significant influence on student motivation, engagement, and learning outcomes. This article will discuss how emotions can affect the cognitive learning process, offer learning strategies that can increase positive emotions and learning motivation, and discuss challenges and solutions in managing negative emotions in the learning process. By understanding the interaction between cognition and emotions, we can create a more optimal learning environment and support the development of each student's potential.
Keywords: Cognitive Learning, Emotion, Motivation, Engagement, Learning Outcomes, Learning Strategies, Emotion Management.
A. PENDAHULUAN
Setiap orang pasti pernah mengalami momen di mana perasaan mempengaruhi kemampuan belajar. Entah itu rasa takut saat menghadapi ujian, kegembiraan saat menemukan konsep baru yang menarik, atau frustrasi saat kesulitan memahami materi. Perasaan-perasaan ini bukan sekadar pelengkap, melainkan memiliki peran penting dalam proses belajar. Contoh nyata dapat kita perhatikan pada beberapa siswa yang merasa takut dan benci terhadap matematika. Mereka selalu kesulitan memahami konsep-konsep rumit dan seringkali merasa frustrasi saat menghadapi soal-soal. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka bertemu dengan seorang guru yang menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. Melalui permainan, simulasi, dan diskusi kelompok, mereka mulai memahami konsep matematika dengan lebih mudah. Tak hanya itu, mereka juga menemukan kesenangan dan rasa percaya diri dalam mempelajari matematika. Kisah mereka menggambarkan bagaimana emosi dapat memainkan peran penting dalam proses belajar.
Di era modern, pembelajaran kognitif seringkali difokuskan pada aspek intelektual semata. Namun, penelitian menunjukkan bahwa emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses belajar. Banyak siswa, seperti Arman, mengalami kesulitan dalam belajar karena dibayangi oleh perasaan negatif seperti ketakutan, kecemasan, atau rasa frustasi. Di sisi lain, guru juga seringkali menghadapi tantangan dalam memotivasi siswa dan menciptakan suasana belajar yang positif.
Artikel ini akan membahas hubungan erat antara pembelajaran kognitif dan emosi. Melalui pemahaman yang mendalam tentang peran emosi dalam proses belajar, kita dapat menemukan strategi dan pendekatan yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan hasil belajar siswa. Artikel ini akan membahas:
· Bagaimana emosi memengaruhi proses belajar kognitif.
· Strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan emosi positif dan motivasi belajar.
· Tantangan dan solusi dalam mengelola emosi negatif dalam proses belajar.
Dengan memahami interaksi antara kognitif dan emosi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih optimal dan mendukung perkembangan potensi setiap siswa.
B. BAGIAN UTAMA
a) Penjelasan Sederhana
Kata “ kognitif” secara etimologis merupakan sinonim kata pengentahuan. Definisi luas dari kognitif adalah bagaimana penegtahuan diperoleh, diorganisasikan dan digunakan. Hal ini didukung pendapat Caplin dan Mubihin Shah bahwa kognitif adalah segala sesuatu tindakan mental serta terkonsentrasi yang berkaitan dengan kemauan, persetujuan, emosi dan kasih sayang. Perkembangan kognitif sangat penting untuk pengembangan keterampilan kognitif. Misalnya pengenalan angka, pengelompokan, pengenalan bentuk, pengenalan ukuran, pengenalan geometri, pengenalan konsep spasial, pengenalan pola berbeda, konsep waktu, dan lain-lain, yang dapat diterapkan di berbagai bidang Kehidupan Sehari-hari (Jawati, 2013).
Kata emosi berasal dari bahasa Latin “emovere” yang berarti “menghilangkan”. Arti kata ini berarti bahwa kecenderungan perilaku sepenuhnya berakar pada emosi. Menurut Suryana (2018) emosi kompleksitas yang terwujud dalam bentuk getaran jiwa dan emosi disebebkan oleh perubahan biologis yang menyertai terjadinya perubahan perilaku. Perasaan emosi mempengaruhi proses belajar siswa, sehingga mereka mampu mengendalikan diri. Dengan demikian, guru harus mempunyai strategi yang lebih baik dalam mengembangkan kecerdasan emosional.
b) Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode ini dikembangkan guna memenuhi kebutuhan proses pembelajaran aktif dalam menghadapi era revolusi global. Menurut Arends (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah menyajikan situasi masalah dimana siswa dapat melakukan investigasi dan penyelidikan atas kasus yang dihadapi. Sudarman (2007) memandang pembelajaran berbasis masalah sudah sesuai dengan kehidupan nyata sebagai konteks bagi siswa belajar berpikir kritis.
c) Desain Pembelajaran sebagai Suatu Produk
Model pembelajaran ini juga bisa menjadi salah satu alternatif dalam merencanakan serta mendesain pembelajaran dan kemampuan kognitif secara menyeluruh. Produk desaian tidak selamanya disamakan maknanya, namun pembelajaran ini dibangun tidak hanya sebagai prosedur pembelajaran semata, melainkan sebagai kekuatan khusus dalam koneksitas di berbagai elemen. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa desain pembelajaran produk diharapkan berfungsi dalam mendukung proses perkembangan potensi diri siswa serta interaksi langsung dalam suasana belajar.
d) Hasil Penenlitian
Secara keseluruhan perkembangan kognitif memegang peran signifikan dalam tumbuh kembang anak. Melalui model pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Lom. B. (2012) pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dirancang agar siswa aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini bukanlah pengetahuan diperoleh dari menghafal, melainkan pengetahuan yang dibangun secara spresifik dan melibatkan proses kognitif agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Oleh sebab itu, pemebalajaran berbasis masalah aspek penting untuk menyiapkan generasi muda yang berdedikasi yang siap mengahadapi era revoluai industri 5.0. Di samping itu, desain pembelajaran sebagai suatu produk juga diharapkan dibangun secara aktif dengan melibatkan proses kognitif berlangsnung. Penerapan model belajar berbasis masalah dalam mendesaian pembelajaran berbasis masalah sebagai produk memiliki struktur kognitif tentang fakta, konsep, prosedur serta pengetahuan dan keterampilan metakognitif.
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberi penilaian berdasarkan kriteria dan standar mutu. Untuk menghasilkan produk desaian pembelajaran yang baik, diperlukan evaluasi lebih lanjut terkait pencapaian pembelajara. Dengan demikian, proses kognitif menempati posisi lebih tinggi apabila telah melibatkan proses kognitif dalam mengevaluasi pembelajaran.
e) Contoh Nyata: Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.
Di suatu sekolah siswa menemukan tumpukan sampah yang berserakan di halaman sekolah. Kemudian siswa tersebut mengajak temannya untuk membentuk kelompok kecil agar mendiskusikan dan mengidentifikasi masalah yang muncul dari situasi tersebut. Setiap kelompok diberi tugas mencari informasi pengelolaan sampah, cara mendaur ulang samapah serta memilah sampah. Setelah mengumpulkan data, setiap kelompok diminta merancang solusi terbaik dari permasalahan tersebut yang kemudian di presentasikan hasil diskusi. Selanjutnya guru dan siswa mengevaluasi proses pembelajaran dari hasil diskusi serta mereflesksikan apa yang telah meraka pelajarai.
Dapat dilihat bahwa startegi dalam pembelajaran ini memanfaatkan masalah sebagai masalah didunia nyata agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Sehingga pembelajaran berbasis sekolah efektif digunakan sebagai bagian dari proses belajar dan stimulasi aktivitas autentik.
f) Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah
· Mendorong kolaborasi dan komunikasi antar siswa
· Meningkatkan kemampuan dalam memecah masalah
· Mengembangkan keterampilan dan berpikir kritis dan kreatif
2. Kekurangan pembelajaran berbasis masalah
· Perbedaan tingkat pemahaman siswa
· Tingkat kesulitan dalam penerapan
· Kurangnya minat siswa
3. Kelebihan desaian pembelajaran sebagai suatu produk
· Memberikan umpan balik yang akurat
· Menghemat waktu dan tenaga
· Melibatkan proses desaian yang berulang
4. Kekurangan desain pembelajaran sebagai suatu produk
· Keterbatasan sumber daya
· Kesulitan dalam implementasi desain
· Memerlukan biaya dan waktu yang matang
C. KESIMPULAN
1. Pengaruh Emosi dalam Belajar: Emosi memiliki peran signifikan dalam proses belajar, di mana emosi positif (seperti kegembiraan dan rasa ingin tahu) dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman, sementara emosi negatif (seperti kecemasan dan frustrasi) dapat menghambat konsentrasi dan pemahaman.
2. Strategi Pembelajaran untuk Emosi Positif:
• Pembelajaran Interaktif: Metode yang melibatkan partisipasi aktif siswa dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
• Pembelajaran Berbasis Masalah: Menghadapi situasi nyata meningkatkan rasa percaya diri dan keterlibatan siswa.
• Pengembangan Kecerdasan Emosional: Membantu siswa mengenali dan mengelola emosi mereka untuk menghadapi tantangan belajar.
3. Tantangan Emosi Negatif:
• Kecemasan dan frustrasi merupakan tantangan umum yang dapat menghambat proses belajar.
• Penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menggunakan umpan balik positif serta teknik relaksasi untuk membantu siswa mengelola emosi negatif.
4. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif: Guru harus menciptakan suasana yang aman untuk bertanya dan berpartisipasi, serta memberikan umpan balik yang membangun untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
5. Keterkaitan Kognitif dan Emosi: Kognisi mencakup cara pengetahuan diperoleh dan digunakan, sedangkan emosi mempengaruhi perilaku dan kemampuan belajar. Kecerdasan emosional penting untuk membantu siswa mengendalikan emosi mereka selama proses belajar.
Mari kita terapkan model pembelajaran berbasis masalah di sekolah kita untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aktif, kolaboratif, dan menyenangkan! Dengan melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah nyata, kita dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif mereka.
Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan membawa dampak besar bagi generasi mendatang. Mari kita jaga pendidikan kita dengan tindakan nyata!
Post a Comment