Pengajar yang Baik Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan
Abstrak
Faris, seorang siswa SMA yang membenci matematika, dia selalu merasa rumus-rumus itumembingungkan. Namun, hidupnya berubah ketika ada seorang guru baru yaitu Pak Rizal,mengajarkan Matematika dengan cara yang unik dan menarik. Ia menggunakan beragampermainan untuk menjelaskan matematika itu sendiri. Lambat laun, Faris mulai tertarik. Iamerasa Matematika bukan lagi musuh, tetapi teka-teki yang seru. Saat diminta membuatproyek, karyanya dipuji dan ia akhirnya berhasil mendapatkan nilai sempurna. Faris puns adar, sesuatu yang sulit bisa menjadi menarik jika kita mau melihatnya dengan cara berbeda.
Masalah utama dari cerita di atas adalah kurangnya minat Faris terhadap Matematika,yang disebabkan oleh metode pengajaran yang monoton dan tidak relevan. Melalui ceritatersebut dapat kita sadari bahwa pendekatan yang menarik, penggunaan teknik dan metode yang tepat itu sangat diperlukan dalam memudahkan pembelajaran.
Setelah membaca artikel ini, pembaca akan memahami bagaimana pendekatanpembelajaran yang kreatif dan relevan dapat mengubah pandangan negatif seseorangterhadap suatu materi. Pembaca juga akan melihat pentingnya metode yang sesuai dengankebutuhan siswa, terutama bagi seorang pengajar atau calon pengajar yang ingin membuatpembelajarannya menarik dan mudah dipahami oleh para murid.
Pendahuluan
Fasilitator merupakan orang yang membantu sekelompok orang agar sebuah kegiatan,seperti diskusi, atau pelatihan dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannya. Selain itu,fasilitator juga bertugas menciptakan suasana adil dengan menjaga setiap peserta mendapat kesempatan berbicara, kemudian membantu menyelesaikan masalah, dan memastikan pembicaraan tetap fokus pada tujuan. Singkatnya, fasilitator adalah pendukung proses yang membantu orang-orang bekerja sama tanpa memihak atau mengendalikan keputusan.
Dalam teorinya tentang Zone of Proximal Development (ZPD), Vygotsky menjelaskanbahwa peran guru sebagai fasilitator sangat penting dalam membantu siswa untuk mencapai potensi mereka yang maksimal. Siswa didukung untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan peran guru adalah sebagai pembimbing siswa. Maka dari itu, guru disebut sebagai fasilitator yang memberikan dukungan, membantu proses pembelajaran sosial, dan menghubungkan pengetahuan dengan konteks kepada siswa.
Pembahasan
Dalam psikologi pendidikan, perspektif utama mencakup berbagai teori dan pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana orang belajar, berkembang, dan berfungsi dalam lingkungan pendidikan. Titik perspektif utama dalam bidang psikologi pendidikan
yaitu sebagai berikut.
1. Behaviorisme
- Konsep utama : seseorang dapat melihat dan mempelajari perilaku melalui penguatan(reinforcement) / hukuman (punishment)
- Aplikasi dalam pendidikan : penguatan positif dan negatif digunakan dalampembelajaran dan pengelolaan kelas.
2. Kognitivisme
- Konsep utama : berkonsentrasi pada proses mental yang dilakukan oleh orang-orang.
- Aplikasi dalam pendidikan : pendekatan yang berpusat pada pembelajaran yangberbasis pengalaman, eksperimen, dan refleksi.
3. Humanistik
- Konsep utama : menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untukberkembang secara sosial dan pribadi.
- Aplikasi dalam pendidikan : menciptakan lingkungan yang memenuhi kebutuhanemosional dan sosial siswa.
4. Psikologi Perkembangan,
- Konsep utama : memahami bagaimana orang berkembang secara fisik, kognitif, dansosial sepanjang hidup mereka.
- Aplikasi dalam pendidikan : menyesuaikan kurikulum dan kegiatan pembelajarandengan tahap perkembangan siswa.
5. Psikologi Sosial
- Konsep utama : berfokus pada dampak interaksi sosial dan kelompok.
- Aplikasi dalam pendidikan : memperhatikan faktor sosial seperti tekanan kelompok, hubungan antar siswa, dan dinamika kelas.
6. Psikologi Multikultural
- Konsep utama : memahami bagaimana latar belakang budaya, etnis, dan sosialmempengaruhi perilaku, kognisi, dan perkembangan siswa.
- Aplikasi dalam pendidikan : menciptakan kurikulum dan pendekatan pengajaran yangsensitif terhadap keberagaman budaya siswa.
7. Teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk).
- Konsep utama : menyatakan bahwa berbagai jenis Kecerdasan yang berkembang secara unik pada setiap orang mempengaruhi cara mereka belajar, yang mencakup kecerdasan emosional, kinestetik, musikal, dan lainnya.
- Aplikasi dalan pendidikan : menggunakan metode yang menerima berbagai kecerdasan siswa. Berperan sebagai fasilitator, para guru tentu menghadapi berbagai tantangan -tantanganyang seringkali menghambat efektivitas mereka dalam mendukung kegiatan belajar siswa.
Berikut tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh guru, seperti:
1. Fasilitas Sekolah yang Kurang Memadai.
Fasilitas Sekolah sekolah yang minim akan sangat menghambat para guru dalam memberikanpengajaran yang optimal kepada para siswanya.
2. Ekspektasi Tinggi dari Orangtua Siswa dan Lembaga Pendidikan serta Evaluasi Kinerja
Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan siswa, gurupasti menghadapi tekanan dari para wali murid. Selain dari wali murid, tekanan dari lembaga pendidikan juga dihadapi oleh para guru. Dengan adanya evaluasi kinerja secara rutin, para guru dituntut untuk terus memberikan pengajaran yang terbaik dan efektif di Sekolah.
3. Variasi Kemampuan Siswa.
Para siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, cara belajar yang berbeda, dan tingkat pemahaman yang berbeda di setiap mata pelajaran. Tidak semua siswa merasa cocok padamsatu guru, sehingga terkadang seoptimal apapun upaya yang dilakukan oleh guru, tidak akan 100% pembelajaran tersebut dapat dipahami oleh seluruh siswanya.
4. Minimnya Pelatihan Profesional.
Untuk menjadikan guru sebagai fasilitator atau agen pembelajaran yang baik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, diperlukannya sebuah pelatihan khusus untuk meningkatkan kinerja para guru. Pelatihan ini dapat mencakup berbagai kegiatan, seperti:
- Pelatihan penggunaan teknologi pendidikan
- Pelatihan manajemen guru
- Pelatihan pembelajaran berbasis proyek, dan lain sebagainya.
Namun, sayangnya kegiatan pelatihan profesional untuk guru di Indonesia masih minimsehingga menghambat efektivitas belajar murid di Sekolah.
5. Ketidakpastian Kurikulum.
Perubahan kurikulum dapat menyebabkan para guru bingung dalam perencanaan pengajaran, membuat siswa harus beradaptasi terhadap kurikulum yang terus berubah. Hal tersebut dapat memicu ketidakstabilan dan penurunan kualitas dalam sistem pendidikan.
![]() |
infografis |
Kesimpulan
Di era sekarang ini, siswa perlu didukung dan dibimbing untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu, guru disebut sebagai fasilitator yang memberikan dukungan, membantu proses pembelajaran sosial, dan menghubungkan pengetahuan dengan konteks kepada siswa. Fasilitator memiliki tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Seperti kurangnya fasilitas sekolah, kemampuan siswa yang berbeda-beda, juga kepastian kurikulum saat ini. Jadi, sebagai fasilitator, seorang guru harus tahu bagaimana cara menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa.
Daftar Pustaka
Hamdi, M. (2022). Transformasi Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran di Era Digital. Global Education Journal. Diakses dari: https://journal.civiliza.org/index.php/gej/article/download/332/296/1664
Nisa, S., & Faridah, F. (2023). Menelusuri Peran dan Tantangan Program Guru Penggerak. Jurnal Penjaminan Mutu. Diakses dari: https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/JPM/article/download/3544/2160/12895
Dewi, R., & Mailasari, M. (2020). Hambatan Guru Sebagai Fasilitator Pada Sistem Pembelajaran Dalam Jaringan di Masa Pandemi Covid-19 SD Negeri 55/1. Repository Unja. Diakses dari: https://repository.unja.ac.id/15965/1/SKRIPSI%20WANRES%20(A1D117197).pdf
Fasilitator. (2022). Diakses Dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fasilitator#:~:text=Fasilitator%20konflik%20bertugas%20me mbantu%20dalam,dan%20posisi%20dari%20’musuh’
Liputan6.com. (2023). Fasilitator Adalah Pengelola Kelompok Diskusi, Pahami Peran dan Tugasnya. Diakses Dari: https://www.liputan6.com/hot/read/5440300/fasilitator-adalah-pengelola-kelompok-diskusi-p ahami-peran-dan-tugasnya
Afriani, G., Soegiarto, I., Suyuti, S., Amarullah, A., & Aristanto, A. (2024). Transformasi Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran di Era Digital. Global Education Journal, 2(1), 91-99. Diakses dari: https://journal.civiliza.org/index.php/gej/article/view/332
Wanres, W., Arsil, A., & Noviyanti, S. (2021). Hambatan Guru Sebagai Fasilitator Pada Sistem Pembelajaran Dalam Jaringan Di Masa Pandemi Covid-19 SD Negeri 55/1 Sridadi (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI JAMBI). Diakses dari: https://repository.unja.ac.id/15965/
Prasetyo, T., Gadies, S. P., Wudda, R. F., & Talaar, V. S. (2024). MENELUSURI PERAN DAN TANTANGAN PROGRAM GURU PENGGERAK DI SEKOLAH DASAR. Jurnal Penjaminan Mutu, 10(01), 23-31. Diakses dari: https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/JPM/article/download/3544/2160/12895
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes (Vol. 86). Harvard university press. Diakses dari: https://home.fau.edu/musgrove/web/vygotsky1978.pdf
Piaget, J. (1952). The origins of intelligence in children. International University. Diakses dari: https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/11494-000
Skinner, B. F. (1965). Science and human behavior (No. 92904). Simon and Schuster. Diakses dari: https://www.bfskinner.org/newtestsite/wp-content/uploads/2014/02/ScienceHumanBehavior.pdf
Bandura, A. (1963). Social learning and personality development. Holt, Rynehart and Winston. Diakses dari: https://garfield.library.upenn.edu/classics1981/A1981MB16700001.pdf
Lewin, K. (1943). Defining the'field at a given time.'. Psychological review, 50(3), 292. Diakses dari: https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/h0062738
Post a Comment