Guru sebagai Agen Pembelajaran: Menginspirasi, Mendidik, dan Membentuk Masa Depan

Table of Contents

Kata Kunci: Sarwendah Kongetsha, menginspirasi di tengah keterbatasan, guru inspiratif, agen perubahan, pembelajaran humanistik

Sarwendah Kongetsha adalah seorang guru yang terkenal di Indonesia karena dedikasinya dalam dunia pendidikan, terutama dalam bidang pengajaran di daerah terpencil dan dengan keterbatasan sumber daya. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap pendidikan anak-anak di lingkungan yang kurang mendapat perhatian dan fasilitas yang memadai.

Ia bergelar sarjana jurusan matematika di Universitas Negeri Manado tahun 2013. Beliau mengikuti program Indonesia Mengajar yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia di tahun 2013. Ia mengajar di desa Wai kela, Kecamantan Adona tengah, Kabupaten Flores Timur. Beliau mengajar bidang studi matematika di desa tersebut.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan fasilitas dan sarana belajar di daerah tempat ia mengajar. Tidak semua siswa memiliki akses ke alat bantu belajar seperti buku atau perangkat teknologi. ketimpangan akses pendidikan ini menjadi masalah besar yang harus dihadapi di daerah terpencil, fasilitas pendidikan seringkali tidak memadai.

Selain itu, metode pembelajaran yang inovatif sangat dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran secara langsung meskipun tanpa bantuan teknologi canggih.

Kisah Sarwendah Kongetsha adalah bukti bahwa seorang guru yang inspiratif. Dengan mengatasi keterbatasan dan menggunakan kreativitasnya, Sarwendah berhasil menginspirasi banyak orang untuk percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang yang lebih baik bagi masa depan anak-anak bangsa. Melalui pendekatannya, ia tidak hanya mendidik, tetapi juga membentuk karakter dan memberi harapan kepada siswa-siswanya.

Dengan dedikasi, semangat, dan rasa cinta terhadap profesi, seorang guru bisa menciptakan perubahan yang besar, bahkan di tengah-tengah keterbatasan.

Dalam konteks agen pembelajaran, guru memiliki peran penting dalam membentuk generasi emas. Kisah Sarwendah Kongetsha sangat relevan dengan penerapan konsep psikologi pendidikan yaitu teori Humanistic Learning oleh Carl Rogers dimana pendidikan berpusat pada siswa, dan guru tidak hanya memperhatikan akademik siswa tetapi juga kebutuhan emosional dan sosialnya. Jadi, selain memberikan pengajaran matematika, sebagai guru Sarwendah juga menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan karakter siswa.

Selain itu, dalam keterbatasan fasilitas, ia mendorong siswanya untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Selaras dengan teori Resilience Building, yang membantu siswa membentuk sikap tangguh dan percaya diri, mengembangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan nyata di masa depan.

Hasil Penelitian

Penelitian oleh Wang dan Eccles (2013) menunjukkan bahwa hubungan guru-siswa yang kuat dan berbasis empati meningkatkan motivasi belajar siswa hingga 30% lebih tinggi dibandingkan guru yang hanya berfokus pada pengajaran akademik. Sarwendah mengaplikasikan prinsip ini dengan memahami kebutuhan dan memberikan dukungan individual yang membantu siswa merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk belajar. 

Guru seperti Sarwendah yang kreatif dan adaptif memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan pendidikan khususnya di komunitas terpencil sebagaimana ditekankan dalam studi UNICEF (2019). Dengan memahami kebutuhan siswa dan menerapkan metode yang relevan, ia berhasil memberikan pengalaman belajar bermakna yang mendorong siswanya untuk berani bermimpi lebih besar dan percaya pada potensi mereka. 

Contoh Nyata

Sarwendah Kongtesha dikenal dengan pandangannya mengenai pendekatan pembelajaran aktif dan humanistik. Contoh strategi pembelajaran humanistik, yakni guru membuka kelas dengan memahami kondisi emosional seperti dengan sharing session. Guru bisa bertanya mengenai kabar atau perasaan siswa dan memberi waktu dan ruang untuk siswa bercerita. Dari respon yang siswa berikan, guru dapat menilai dan memberikan perhatian khusus pada siswa yang cenderung kurang fokus. Hal ini akan membuat siswa merasa dihargai sehingga siswa pun lebih siap belajar secara mental dan emosional.

Infografis "Guru sebagai Agen Pembelajaran: Menginspirasi, Mendidik, dan Membentuk Masa Depan"

Contoh lain adalah dengan strategi pembelajaran aktif dan kreatif, misalnya dalam pembelajaran sains guru dapat menggunakan barang-barang sederhana seperti baking soda dan cuka untuk membuat eksperimen gunung meletus. Dalam hal ini guru dapat mendorong siswa untuk menjelaskan fenomena tersebut dengan perspektif dan bahasa masing-masing siswa. Pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif, meningkatkan rasa ingin tahu dan pastinya membuat pembelajaran terasa lebih menyenangkan.


Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari metode tersebut adalah sebagai berikut.
• Meningkatkan minat belajar individu.
• Membantu membentuk kepribadian dan membentuk sikap yang positif.
• Membantu meningkatkan kreativitas setiap orang.
• Membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik.
• Mampu menghadirkan sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada setiap individu.
• Mengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi diri.

Kekurangan dari metode tersebut adalah sebagai berikut.
• Memunculkan perilaku individualis.
• Peran pengajar sebagai fasilitator menjadi minim.
• Pendekatan belajar humanistik tidak dapat diterapkan untuk metode pembelajaran praktis.
• Munculnya perbedaan antara murid satu dengan lainnya sehingga timbul kesenjangan.

Kesimpulan

Sarwendah Kongetsha adalah seorang guru inspiratif yang mengajar di wilayah Flores Timur yang terpencil. Dia mampu memberikan inspirasi kepada siswanya melalui inovasi dan komitmen mereka, meskipun fasilitasnya terbatas. Sarwendah menggunakan teori psikologi pendidikan seperti teori pembelajaran manusia oleh Carl Rogers. Teori ini menempatkan siswa di pusat pembelajaran dan memperhatikan kebutuhan emosional dan sosial siswa. Ia juga menggunakan Resilience Building, mengajarkan siswa untuk menjadi tangguh dan melihat kesulitan sebagai peluang. Studi menunjukkan bahwa hubungan guru-siswa yang didasarkan pada empati meningkatkan motivasi belajar siswa hingga 30%. Ini adalah apa yang Sarwendah lakukan dalam pelajaran. Untuk meningkatkan partisipasi siswa, Sarwendah menggunakan pendekatan aktif dan humanistik, seperti berbagi perasaan dan eksperimen sederhana.

Kita dapat berkontribusi dengan mendukung program pendidikan yang memfasilitasi peningkatan kualitas pengajaran di wilayah yang membutuhkan; kita juga harus menghargai dedikasi guru-guru di daerah terpencil.

Seorang guru yang penuh dedikasi, seperti Sarwendah Kongetsha, memiliki kemampuan untuk menciptakan perubahan yang signifikan meski di tengah kendala. Pendidikan yang baik tidak hanya membantu anak-anak belajar matematika, tetapi juga membentuk karakter mereka, memberi mereka harapan, dan membuka pintu untuk masa depan yang lebih baik.


Kelompok 6

1. Putri Apriliani Prasetyaningrum (2302070020)

2. Apter Putra Ramadhan (2302070023)

3. Alma Novita (2302070026)

4. Maya Nur Aini (2302070028)

5. Aulia Rizka Kurniasari (2302070029)


Post a Comment