Pengaruh Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Penerapan Pembelajaran Perkalian Pecahan
Pengaruh Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Penerapan
Pembelajaran Perkalian Pecahan
Mahasiswa Angkatan 2023 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Prodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
Septi Nur Hidayah1, Atik Niswatul Khoir
2, Difa Zahrotul Hasanah 3, Nimas Ayu Septiana 4,
Aurel Aprilia Putri Kusuma Gandawati 5
1,3,4Pendidikan Ekonomi (Pendidikan Akuntansi), Universitas Negeri Semarang
2,5,Pendidikan Ekonomi (Pendidikan Koperasi), Universitas Negeri Semarang
1septinur00@students.unnes.ac.id
2atikniswa22@students.unnes.ac.id
3difazahrotul2508@students.unnes.ac.id
4nimas250905@students.unnes.ac.id
5 aurelganda06@students.unnes.ac.id
Abstract
A continuously developing educational system requires
a teaching approach that is adapted to the needs of the time. One approach of
concern is the constructivist learning theory. This article aims to examine the
constructivist learning theory in the world of education, especially in the
teaching of mathematics. This research uses a literature review method by
analyzing various relevant literature. The results of the study show that the
constructivist theory is able to overcome the weaknesses of the behavioral
approach by emphasizing that knowledge is the result of active individual
construction. Characteristics of constructivist learning include: active,
authentic, situational, interesting and challenging learning, and linking old
knowledge to new information. In learning mathematics, this theory emphasizes
the importance of students discovering knowledge independently through
experience, so that the knowledge acquired is easier to remember and
understand. Applying constructivism changes the learning paradigm from a
teacher-centered learning paradigm to a student-centered paradigm, thereby
providing a more meaningful learning experience.
Keywords: education, learning, constructivism,
mathematics
Abstrak
Sistem pendidikan yang terus berkembang memerlukan
pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman. Salah satu
pendekatan yang menjadi perhatian adalah teori belajar konstruktivisme. Artikel
ini bertujuan untuk mengkaji teori belajar konstruktivisme dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan
metode studi pustaka dengan menganalisis berbagai literatur yang relevan. Hasil
kajian menunjukkan bahwa teori konstruktivisme mampu mengatasi kelemahan
pendekatan behavioristik dengan menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi aktif individu. Ciri khas pembelajaran konstruktivisme meliputi:
pembelajaran aktif, otentik, situasional, menarik, menantang, serta mengaitkan
pengetahuan lama dengan informasi baru. Dalam pembelajaran matematika, teori
ini menekankan pentingnya siswa menemukan pengetahuan secara mandiri melalui
pengalaman, sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih mudah diingat dan
dipahami. Penerapan konstruktivisme menggeser paradigma pembelajaran dari
berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar
yang lebih bermakna.
Kata Kunci: Pendidikan, Pembelajaran, Konstruktivisme,
Matematika
1.
PENDAHULUAN
Ø
Contoh
kasus
Studi
kasus ini melibatkan penerapan pembelajaran matematika, khususnya perkalian
pecahan, di kelas 5 SDN Sambiroto 3 Semarang. Pembelajaran ini menggunakan dua
pendekatan yang berbasis pada teori konstruktivisme, yakni pendekatan media
benda konkret dan gambar pada kertas berpetak.
Konstruktivisme, sebagaimana dikemukakan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky,
berfokus pada pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial.
Dalam
konteks pembelajaran ini, siswa diberikan kesempatan untuk aktif terlibat dalam
memahami proses perkalian pecahan dengan menggunakan alat peraga sederhana,
seperti potongan kertas lipat atau kertas HVS. Melalui manipulasi fisik objek
ini (media benda konkret), siswa berproses dalam tahap enaktif (tahap
pertama dalam teori Bruner). Kemudian, siswa juga diajak untuk menggambarkan
proses perkalian pada kertas berpetak, yang merupakan representasi visual dari
konsep yang mereka pelajari, sesuai dengan tahap ikonik. Dalam tahap simbolik,
siswa akhirnya menggunakan simbol-simbol matematis untuk menyelesaikan soal
perkalian pecahan secara abstrak.
Ø Masalah
Umum
Beberapa
masalah umum yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi
perkalian pecahan di sekolah dasar, antara lain:
1. Pembelajaran
yang Terlalu Teoritis: Banyak guru yang cenderung memberikan konsep matematika
secara teoritis dan langsung, tanpa memberikan pengalaman praktis kepada siswa.
Hal ini menyebabkan siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami bagaimana rumus
itu diterapkan dalam situasi nyata.
2. Kurangnya
Pemahaman Proses Belajar: Pendekatan "instan" dalam mengajarkan
perkalian pecahan, di mana siswa langsung diberitahu rumus tanpa mengetahui
prosesnya, dapat menyebabkan miskonsepsi dalam pemahaman matematika. Siswa
tidak selalu memahami mengapa rumus itu berlaku atau bagaimana hasil perkalian
tersebut diperoleh.
3. Perbedaan
Kecepatan Belajar: Meskipun tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan
antara siswa laki-laki dan perempuan, perbedaan kecepatan dalam memahami konsep
dapat mempengaruhi efektivitas pengajaran. Beberapa siswa mungkin lebih cepat
menangkap konsep, sementara yang lainnya membutuhkan waktu lebih lama untuk
memahami.
Ø Janji
Manfaat
Artikel
ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami bagaimana teori belajar
konstruktivisme dapat menjadi solusi atas berbagai masalah pembelajaran yang
dihadapi guru dan siswa.
1.
Pemahaman Mendalam tentang Teori
Konstruktivisme
Penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar
konstruktivisme, termasuk bagaimana teori ini menekankan pentingnya pengalaman
langsung dan partisipasi aktif siswa dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri.
2.
Strategi Praktis untuk Guru
Pembaca akan memperoleh panduan tentang
bagaimana menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, termasuk
metode diskusi, tanya jawab, dan pemanfaatan teknologi untuk menciptakan
pengalaman belajar yang interaktif dan efektif.
3.
Inspirasi dan Solusi Nyata
Artikel ini juga memuat contoh kasus dan
cerita nyata yang menggambarkan bagaimana teori konstruktivisme berhasil
mengubah cara siswa belajar dan guru mengajar, sehingga dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca untuk menerapkannya.
Dengan memahami teori belajar konstruktivisme dan cara
penerapannya, pembaca akan dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif,
inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa di era modern.
2. BAGIAN
UTAMA
Ø Penjelasan Sederhana
Teori
belajar konstruktivisme adalah pendekatan dalam pendidikan yang menekankan
bahwa siswa harus aktif dalam membangun pemahaman mereka sendiri. Pengetahuan
tidak sekadar diberikan oleh guru, tetapi siswa menciptakannya melalui
pengalaman dan proses belajar. Pembelajaran dalam teori ini memiliki beberapa
ciri khas, seperti siswa belajar secara aktif, materi yang diajarkan bersifat
otentik dan situasional, serta proses belajar yang menarik dan menantang.
Selain itu, pengetahuan yang baru dikaitkan dengan pengetahuan lama, dan siswa
diajak untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari. Teori ini menekankan
bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh siswa melalui pengalaman mereka,
bukan sekadar diterima dari guru. Contohnya, dalam pembelajaran matematika
siswa didorong untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri, yang akan lebih
mudah diingat. Teori ini memandang pengetahuan sebagai hasil dari interaksi
aktif individu dengan lingkungannya, bukan sesuatu yang dipindahkan dari guru
ke siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa membangun
pengetahuan dengan cara yang lebih bermakna.
Konstruktivisme
berpengaruh besar dalam mengubah pola pembelajaran yang semula berpusat pada
guru menjadi berpusat pada siswa. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini
termasuk ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan bermain peran. Piaget
dan Vygotsky, dua tokoh utama dalam konstruktivisme, menyatakan bahwa
pengetahuan terbentuk baik melalui usaha individu maupun interaksi sosial.
Penerapan konstruktivisme dalam pendidikan dapat menciptakan proses
pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna serta meningkatkan pemahaman siswa
secara mendalam.
Ø Hasil Penelitian
Teori konstruktivisme adalah teori
pembelajaran yang berfokus pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan
mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
Tokoh-tokoh utama dalam teori ini, seperti Jean Piaget dan Lev Vygotsky,
menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh tidak hanya melalui pemberian informasi
dari guru, tetapi melalui proses mental dan sosial yang melibatkan individu
dalam berinteraksi dengan objek dan orang lain di sekitarnya. Piaget
mengemukakan bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam tahapan yang berurutan,
dimana anak membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman langsung. Sementara
itu, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, dengan
konsep "zone of proximal development" (ZPD) yang menunjukkan bahwa
anak dapat mencapai pemahaman yang lebih tinggi dengan bantuan orang dewasa
atau teman sebaya yang lebih berpengalaman. Dalam konteks pembelajaran
matematika, khususnya perkalian pecahan, pendekatan konstruktivisme sangat relevan.
Siswa tidak hanya diberi rumus atau instruksi untuk menyelesaikan soal, tetapi
mereka diajak untuk memahami proses dan konsep melalui pengalaman langsung
dengan media nyata, seperti potongan kertas atau gambar berpetak, yang
menggambarkan hubungan antara angka dan konsep perkalian pecahan.
Ø Contoh Nyata
Contoh Nyata Penerapan Teori
Konstruktivisme dalam Pembelajaran Perkalian Pecahan di kelas 5 SDN Sambiroto 3
Semarang Pendekatan Media Benda Konkrit
1. Pada
pembelajaran perkalian pecahan di kelas 5 SDN Sambiroto 3 Semarang, siswa
diberi kesempatan untuk menggunakan media benda konkret seperti kertas lipat
untuk memahami konsep perkalian pecahan.
2. Setelah
menggunakan benda konkret, siswa beralih ke gambar pada kertas berpetak. Mereka
menggambarkan proses perkalian pecahan menggunakan representasi visual.
3. Setelah
siswa memahami konsep dasar melalui benda konkret dan gambar, mereka diajak
untuk berdiskusi dalam kelompok kecil.
4. Setelah
siswa memahami konsep perkalian pecahan melalui media benda konkret dan gambar,
mereka akhirnya beralih untuk menggunakan simbol matematis untuk menyelesaikan
soal perkalian pecahan secara abstrak.
Ø Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Teori Konstruktivisme dalam Studi Kasus Pembelajaran Perkalian Pecahan:
a)
Aktivitas Siswa yang
Lebih Tinggi: Pembelajaran konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam
belajar. Dalam kasus ini, siswa terlibat langsung dalam manipulasi objek dan
menggambarkan konsep, yang meningkatkan keterlibatan mereka.
b)
Pemahaman yang
Mendalam: Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya menghafal rumus perkalian
pecahan, tetapi juga memahami mengapa dan bagaimana rumus tersebut berlaku,
sehingga mereka dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam berbagai situasi.
c)
Pembelajaran yang
Relevan: Menggunakan media benda konkret dan gambar berpetak menjadikan materi
lebih nyata dan mudah dipahami, serta menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari siswa.
Kekurangan
Teori Konstruktivisme dalam Studi Kasus Pembelajaran Perkalian Pecahan:
a)
Keterbatasan Waktu:
Pendekatan konstruktivisme yang melibatkan banyak aktivitas siswa membutuhkan
lebih banyak waktu. Dalam konteks pembelajaran di kelas, waktu terbatas bisa
menjadi kendala untuk memfasilitasi semua tahap pembelajaran yang mendalam ini.
b)
Tantangan dalam
Mengelola Kelas: Kelas yang aktif dengan banyak diskusi dan interaksi bisa
menjadi tantangan bagi guru dalam mengelola kelas, terutama jika siswa belum
terbiasa bekerja secara kolaboratif atau ada yang cenderung lebih dominan dalam
diskusi.
c)
Perbedaan dalam
Kemampuan Siswa: Siswa yang memiliki pemahaman dasar yang lebih kuat mungkin
akan lebih cepat memahami konsepnya, sementara siswa yang lebih lemah mungkin
akan kesulitan mengikuti proses tanpa bantuan tambahan dari guru.
3.
KESIMPULAN
Pembelajaran matematika, khususnya
perkalian pecahan, dapat lebih efektif dan bermakna jika menggunakan pendekatan
konstruktivisme yang melibatkan siswa secara aktif. Dalam kasus pembelajaran di
SDN Sambiroto 3 Semarang, penerapan media benda konkret dan gambar berpetak
memungkinkan siswa untuk memahami konsep perkalian pecahan melalui pengalaman
langsung dan representasi visual. Dengan menggunakan teori konstruktivisme,
siswa tidak hanya belajar rumus secara abstrak, tetapi mereka juga dapat
melihat, merasakan, dan berdiskusi mengenai konsep yang sedang dipelajari.
Selain itu, konstruktivisme menekankan pentingnya interaksi sosial dalam
membangun pemahaman, yang memperkaya proses belajar siswa. Bagi para pendidik,
sangat disarankan untuk mencoba menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran. Gunakan media benda konkret, diskusi kelompok, dan visualisasi
untuk membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Jangan ragu untuk
mengeksplorasi strategi ini di kelas dan sesuaikan dengan materi pelajaran yang
diajarkan. Dengan mengutamakan pengalaman langsung dan refleksi sosial,
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memotivasi siswa untuk lebih aktif
dalam proses belajar. Metode konstruktivisme dapat memberikan pembelajaran yang
lebih mendalam dan relevan, bukan hanya untuk memahami konsep, tetapi juga
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi siswa. Melalui
penerapan teori ini, kita dapat menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya
meningkatkan pemahaman, tetapi juga memberikan dampak positif yang lebih besar
dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Maka, sebagai pendidik mari
berkomitmen untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, menyenangkan,
dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti, K. L. (2015). Pembelajaran Perkalian Pecahan Biasa Berbantu Media Benda Konkret: Studi Kasus Perbedaan Gender terhadap Kemampuan Matematika Siswa Kelas V SDN Sambiroto 3 Semarang. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 10(2), 193-208.
Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. (2021). Teori belajar konstruktivisme dan implikasinya dalam pendidikan dan pembelajaran. GHAITSA: Islamic Education Journal, 2(1), 49-57.
Arafah, A. A., Sukriadi, S., & Samsuddin, A. F. (2023). Implikasi teori belajar konstruktivisme pada pembelajaran matematika. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(2), 358-366.
Setiyani, S., Safitri, W., & Satria, A. (2024). Analisis Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme Pada Buku Matematika Kelas 5 Kurikulum 2013 Revisi Terbitan Erlangga. PUSTAKA: Jurnal Bahasa dan Pendidikan, 4(4), 187-199.
Suparlan, S. (2019). Teori konstruktivisme dalam pembelajaran. Islamika, 1(2), 79-88.
Disusun oleh kelompok 35:
1. SEPTI NUR HIDAYAH (2307010234)
2. ATIK NISWATUL KHOIR (2307010296)
3. DIFA ZAHROTUL HASANAH (2307010303)
4. NIMAS AYU SEPTIANA (2307010308)
5. AUREL APRILIA PUTRI KUSUMA GANDAWATI (2307010314)
Post a Comment